-
Discover
-
Spotlight
- Jelajahi Orang
JejakInfo.id 2025
JAYAPURA, JejakInfo.id – Tifa ditabuh, kaki penari adat menghentak tanah, dan semangat persaudaraan memenuhi udara pagi di Bandara Sentani, Sabtu (11/10).
Di tengah kemeriahan itu, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa menjejakkan kaki di Tanah Cenderawasih, disambut dengan topi adat Papua dan pelukan hangat dari para tokoh, sesepuh, dan warga Maluku di Jayapura.
Kunjungan Gubernur bukan sekadar perjalanan dinas. Ia datang membawa misi hati: menyambung kembali jalinan erat antara Maluku dan Papua dalam perayaan 20 tahun Ikatan Keluarga Maluku (IKEMAL) di tanah rantau.
"Beta datang bukan cuma untuk seremonial. Beta datang untuk baku dapa, baku peluk dengan basudara," ucapnya lirih, namun tegas.
Matanya tampak berkaca-kaca saat menyebut satu per satu nama kampung di Maluku yang warganya telah lama menetap di Papua—dari Nusalaut hingga Ambalau, dari Lease hingga Kei.
Tak lama setelah prosesi penyambutan, Gubernur dan rombongan menyempatkan diri menapak ke Tugu MacArthur di Puncak Ifar, Sentani.
Dari sana, ia memandangi Danau Sentani yang tenang, dikelilingi pegunungan biru, seraya merenungkan sejarah perjuangan masa lalu.
"Tugu ini bukan hanya batu dan prasasti, tapi napas perjuangan. Ini pelajaran berharga bagi anak-anak kita, tentang keberanian dan harapan," ujarnya.
Namun puncak kunjungannya akan terjadi sore nanti, di Sasana Krida, pusat perayaan ulang tahun ke-20 IKEMAL. Di sana, Gubernur akan berdialog langsung dengan ribuan warga Maluku di Papua—anak rantau yang tak pernah lupa kampung halamannya.
Dalam momen itu, Gubernur HL akan mengangkat kembali semangat “Baku Gandeng, Baku Sayang”, semboyan yang selama dua dekade menjadi tali pengikat warga Maluku di tanah rantau.
Bagi banyak orang, kehadirannya bukan hanya simbol kepemimpinan, tetapi juga pengingat: bahwa tanah yang memisahkan Maluku dan Papua tak pernah mampu memisahkan hati.
Dua hari kunjungan ini mungkin singkat, tapi gema pesannya panjang. Di tengah segala perbedaan dan tantangan zaman, Gubernur Hendrik datang membawa pesan sederhana yang terasa makin penting hari ini: "Kita ini saudara. Dan saudara tidak boleh lupa saling gandeng, saling sayang.”
Dari Jayapura untuk Indonesia Timur, suara itu menggema. (ji1)