Ketua Majelis Pekerja Harian Sinode Gereja Protestan Maluku, Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, M.Si. (istimewa)

Sinode GPM Menahbiskan 13.108 Penatua dan Diaken Baru

504

JEJAKINFO.ID - Sebanyak 13.108 Penatua dan Diaken Periode 2025-2030 akan ditahbiskan Sinode Gereja Protestan Maluku pada kebaktian di masing-masing jemaat, Minggu (12/1/2025).
 
Pelayan khusus yang akan ditahbis terdiri dari Penatua sebanyak 6.554 dan Diaken berjumlah 6.554 yang tersebar di 772 jemaat pada 34 Klasis di wilayah pelayanan GPM, Maluku dan Maluku Utara.

"Mereka adalah para pelayan khusus yang dipilih dari tengah-tengah semua warga Gereja di masing-masing jemaat sebagai Penatua dan Diaken untuk masa pelayanan 2025-2030, dan keterpilihan mereka itu sudah melewati seluruh proses gerejawi dan penggembalaan karena intinya mereka akan melayani sebagai gembala-gembala umat, para pemberita injil dan pelayanan kasih bersama semua Pendeta di Gereja Protestan Maluku," kata Ketua MPH Sinode GPM, Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, M.Si seperti dilansir dari laman Website Sinode GPM, Sabtu (11/1/2025).

Sekadar tahu, bahwa para Penatua dan Diaken itu dipilih dari masing-masing Unit Pelayanan. Dan sesuai prosedur pemilihan Penatua dan Diaken, setiap Unit Pelayanan mengajukan empat nama calon yaitu dua calon Penatua dan dua calon Diaken.

Berdasarkan hasil pemilihan, maka calon dengan perolehan suara terbanyak untuk masing-masing jabatan ditetapkan sebagai Penatua dan Diaken dan peraih suara berikutnya ditetapkan sebagai sekondus, yang sewaktu-waktu atau dalam kondisi tertentu, dapat menggantikan Penatua dan Diaken yang telah ditahbiskan.

Menurut Maspaitella, proses pemilihan dan penggembalaan terhadap mereka (Penatua dan Diaken_red) sudah dilaksanakan secara mandiri di masing-masing jemaat sesuai Petunjuk Teknis yang diturunkan dari MPH Sinode GPM, dan sampai dengan penahbisannya semuanya berlangsung baik. Bahkan ada jemaat-jemaat yang secara cepat sudah menyusun komposisi Pimpinan Harian Majelis Jemaat (PHMJ_red) dan pembagian tugas Majelis Jemaat ke dalam Seksi dan Sub Seksi sesuai Bidang Pelayanan Gereja di GPM. 

"Semua itu menjadi bukti bahwa tugas menanam dan menyiram sebagaimana moto GPM, berlangsung secara berkesinambungan sebagai wujud dari misi damai sejahtera Allah yang tidak pernah terputus atau berhenti," kata eks Ketua Umum Pengurus Besar AMGPM ini.

Karena itu, putra asli Negeri Rutong, Ambon, Maluku ini berharap, semua Penatua dan Diaken masa pelayanan 2025-2030 akan menjadi hamba-hamba Kristus yang setia dan rendah hati, menjalankan tugas dengan rajin, takut Tuhan dan terbuka pada pimpinan Roh Kudus untuk menggerakkan partisipasi seluruh warga Gereja guna menopang tugas Gereja secara nyata, termasuk dalam relasi antar-umat beragama, pelestarian lingkungan hidup, keadilan dan kesetaraan gender serta perlindungan terhadap anak-anak dan kaum marginal. 

"Tentu semua tugas utama Gereja yakni pemberitaan injil, persekutuan dan pelayanan kasih menjadi hal penting yang tidak bisa dielak," imbuhnya.
 
Terima Kasih dan Syukur
 
Orang nomor satu di Gedung Putih Sinode GPM ini menegaskan, bahwa dirinya sangat bersyukur sebab telah menjalankan tugas pelayanan bersama dengan Penatua dan Diaken masa pelayanan 2020-2025. 

"Mereka memiliki keistimewaan tertentu, sebab mereka melayani tepat di saat seluruh dunia dimaklumkan mengalami pandemic covid-19. Ada hal yang luar biasa di waktu itu, seiring dilarangnya aktifitas bersama dan dalam satu ruangan, karena pertemuan orang bisa menjadi cluater baru pandemic," ucapnya.

Bagi Maspaitella, saat itu Gereja-gereja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan GPM, mengambil langkah yang sebenarnya turut mengubah pandangan teologi Gereja, yakni melaksanakan ibadah di rumah. 

"Dalam teologi kita (GPM_red), rumah adalah juga Bait Allah atau Jemaat pertama dan gereja kecil, tetapi kita harus jujur bahwa umumnya semua umat menghendaki ibadah dilaksanakan di dalam rumah Gereja, sebagai Rumah Tuhan," sebutnya.

Tantangan teologinya, nilai Maspaitella, bukan disitu, tetapi pada tahun 2020 itu, keputusan Gereja untuk beribadah di rumah dekat dengan waktu perayaan Jumat Agung (Maret 2020) dan dalam tradisi GPM, itu ditandai dengan Perjamuan Kudus yang aktanya sakral, bahkan disakralkan, dan itu harus berlangsung di Gedung Gereja, makan roti dan minum anggur dari satu cawan secara bergantian. 

"Ini problem. Tetapi oleh hikmat Roh Kudus, GPM memutuskan melaksanakan Perjamuan Kudus dengan pelayanan ke setiap rumah warga Gereja, dimana saat itu, mereka (Penatua dan Diaken_red) menjadi pelaksananya. Dan puji Tuhan, sebab melalui kesediaan hidup itulah, GPM bisa merayakan Perjamuan Kudus di Jumat Agung dalam masa pandemic dan itu menjadi model sampai saat ini," paparnya.

Bagi Maspaitella, mereka telah berperan memastikan bahwa dalam keadaan dimana ada ancaman kematian, mereka meneruskan berkat kehidupan dan keselamatan dari Kristus.

"Sebab itu kami berterima kasih kepada semua Penatua dan Diaken masa pelayanan 2020-2025, dan berdoa saudara-saudara akan terus diliputi sukacita dan hidup dalam damai sejahtera Kristus. Dalam syukur itu, kami berdoa agar semua jemaat terus bertumbuh dalam iman dan melalui pelayanan Penatua dan Diaken baru, iman itu semakin hidup. Kasih Tuhan menyertai semua Jemaat dan para pelayan. Akhirnya kami ucapkan selamat melayani kepada rekan-rekan semua," kunci Maspaitella seraya berharap dan mendoakan. (*)