-
Discover
-
Spotlight
- Jelajahi Orang
JejakInfo.id 2025
Ambon, JejakInfo.id – Di bawah langit malam Ambon yang teduh, rumah dinas Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath, berubah menjadi tempat pertemuan lintas iman dan lintas harapan.
Selasa malam (21/10), seluruh peserta Sidang Sinode ke-39 Gereja Protestan Maluku (GPM) dijamu dalam suasana hangat, penuh keakraban dan makna.
Bukan sekadar makan malam. Ini adalah pertemuan batin antara pemerintah dan umat, antara pemimpin dan pemuka rohani. Di meja-meja bundar yang disusun rapi di halaman rumah dinas kawasan Karang Panjang, hadir pula para pejabat penting: pimpinan OPD, Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Maluku, hingga Kepala Kanwil Kementerian Agama.
Malam itu, perbedaan dilebur dalam satu tujuan: menjaga damai dan menyalakan semangat kebersamaan untuk Maluku.
Wakil Gubernur Abdullah Vanath membuka jamuan dengan sambutan tulus dan terbuka. Ia menyambut para peserta sidang yang datang dari berbagai penjuru Maluku dan Maluku Utara, seraya menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan gereja dalam merawat kerukunan.
"Kita tidak boleh pernah lelah menyampaikan pesan damai. Maluku hanya bisa berdiri kokoh kalau semua anak negerinya memilih untuk rukun dan saling menjaga," ujar Vanath dalam nada tegas namun penuh empati.
Namun, Vanath tidak hanya berbicara tentang damai. Ia juga membuka tabir realitas. Dengan jujur, ia menyampaikan kondisi ekonomi Maluku yang rapuh, menggambarkan bagaimana pembangunan masih sangat bergantung pada dana dari pusat.
Tahun depan, kata dia, provinsi ini bahkan diperkirakan akan menghadapi defisit sebesar Rp370 miliar.
"Kita sedang berada di tengah tantangan besar. Tapi bukan berarti kita harus menyerah. Dalam situasi seperti ini, kita perlu menghidupkan kembali peran sektor swasta, membuka ruang kolaborasi di luar pola lama," ungkapnya.
Di tengah keterbatasan itu, Vanath mengakui bahwa kekuatan spiritual, doa dan dukungan dari para pemuka agama telah menjadi fondasi moral pemerintahan yang ia jalankan bersama Gubernur Hendrik Lewerissa.
Ia tak lupa menyebut nama Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, Ketua Sinode GPM, sebagai sosok yang telah menuntunnya sejak awal karier politiknya.
"Beliau bukan hanya Ketua Sinode. Beliau guru saya. Dari beliaulah saya pertama kali belajar berbicara di depan publik, ketika saya hendak maju sebagai Bupati Seram Bagian Timur tahun 2004," kenang Vanath dengan suara yang nyaris bergetar.
Jamuan malam itu pun menjadi lebih dari sekadar perjamuan. Ia menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara nostalgia dan tanggung jawab. Di hadapan para peserta sinode, Vanath menutup pidatonya dengan permohonan sederhana, namun sarat makna.
"Saya mohon dukungan keluarga besar GPM. Kami sedang berjibaku—tapi kami tidak sendiri jika kalian bersama kami," pungkasnya.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama. Setelahnya, para tamu menikmati makan malam dalam suasana kekeluargaan yang kental. Tak ada sekat, tak ada perbedaan. Malam itu, yang hadir hanyalah satu Maluku: yang rindu akan kedamaian, dan percaya pada harapan. (ji5)